Postingan

DISTOPIA DAN KEHIDUPAN

Gambar
Hai semua! Kali ini aku akan membagikan beberapa tulisan yang pernah aku unggah di Facebook. Tulisan ini pertama kali aku unggah pada 24 Maret 2018, selamat membaca! Distopia adalah sebutan bagi istilah masa depan setelah adanya kehancuran di Bumi. Tema ini mulai popular diangkat ke dalam layar lebar. Ada beberapa film dengan tema distopia yang udah aku tonton, di antaranya adalah tiga film favoritku, yaitu "City of Ember", "The Giver", dan "Divergent". Ketiga film ini memiliki kesamaan pada plot awal cerita, yakni mengisahkan kondisi Bumi pasca kehancuran, dan adanya sistem kehidupan baru yang menjadi awal bagi manusia untuk memulai kehidupannya. Dalam ketiga film ini, manusia akan ditentukan tugas dan posisinya dalam masyarakat. Setiap manusia akan digolongkan sesuai pekerjaannya. Mereka akan bekerja sesuai posisi itu, sehingga terlihat sekali keteraturan dan upaya untuk menjaga perdamaian, agar perpecahan dan kehancuran tidak terjadi lagi. Tetapi, itu s

APAKAH "MIMPI SETINGGI LAGIT" TERLALU TINGGI?

Gambar
Langit cerah di atas Gedung Arca Museum Nasional Indonesia. Pada Februari 2023 lalu, saya mengikuti seleksi sebagai anak didik Kak Tezar Aditya. Kak Tezar adalah alumni dari program beasiswa Turkiye Burslari yang membuka program mentoring bagi semua orang yang berminat untuk mendaftar Turkiye Burslari di tahun 2023 ini. Syarat untuk dapat bergabung pada program mentoring itu adalah membuat esai yang menjelaskan alasan tertarik untuk mendaftar beasiswa tersebut. Singkat cerita, saya membuat esai itu lalu mendaftarkan diri, dan kemudian diterima sebagai salah satu peserta program mentoringnya. Namun, sayangnya saya tidak diterima pada seleksi beasiswa Turkiye Burslari 2023. Saat mendaftarkan aplikasi beasiswa itu, saya sedang berada di Sao Paulo, Brazil. Saya ingat sekali ketika mengetik lembar demi lembar jawaban atas pertanyaan pada aplikasi beasiswa. Saya ingat pesan Kak Tezar, bahwa kita lebih baik menulis jawaban di microsoft word terlebih dahulu agar bisa diperbaiki substansi, tata

Bicara Iklim: Pemuda Menulis untuk Keadilan Iklim

Gambar
Buku Bicara Iklim adalah karya kolaborasi dari FNF, Climate Institute dan 25 penulis muda yang peduli tentang isu perubahan iklim. Buku ini membahas empat tema utama pergerakan pemuda dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yaitu: gaya hidup rendah karbon, keadilan iklim dan HAM, teknologi dan inovasi ramah lingkungan, serta kebijakan dan hukum lingkungan yang lebih baik. Buku ini juga kami dedikasikan untuk alm. Mone Thamrin, Program Officer Pertama pada Project Climate di FNF Indonesia. Terima kasih Climate Institute Indonesia dan juga FNF Indonesia yang telah memilih tulisan saya untuk diterbitkan dalam e-book ini.  Kalian dapat membaca tulisanku dengan judul "Menatap Pariwisata dari Kacamata Gaya Hidup Rendah Karbon" di halaman 89, ya.  Sila unduh bukunya pada tautan berikut  Bicara Iklim: Pemuda Menulis untuk Keadilan Iklim

OSLO PUNYA CERITA (Epilog)

Gambar
  DARI SUBANG MENUJU NORWEGIA Ada begitu banyak alasan yang membuat kita harus melakukan perjalanan jauh, salah satu dari alasan itu bernama impian. Saya Gilang Ramadhan, lahir di Kabupaten Subang pada 16 Januari 1997. Saat ini saya masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Padjadjaran jurusan Ilmu Sejarah.  Inilah salah satu kisah tentang impian saya yang melibat kan perjalanan ribuan kilometer, melintasi Samudera Hindia, dan melewati benua Asia hingga Eropa. Semua dimulai sejak tahun 2017, ketika saya mulai aktif dalam berbagai kegiatan permuseuman. Dalam beberapa kesempatan, saya pernah mewakili jurusan untuk mengikuti pelatihan dan seminar yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesejarahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Selain itu, saya juga pernah menjadi naradamping pada acara Indonesia Museum Awards 2017 dan 2019, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai museum. Juara 2 Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat 2014, juara 1

OSLO PUNYA CERITA (Bagian 9)

Gambar
Doha, 25 Oktober 2019 Di Hamad International Airport, kami nunggu sambil nahan ngantuk. Paket wifi udah habis, jadi gak bisa update. Handphone ku entah kenapa gak bisa konek ke WIFI  airport, sayang banget. Di depan tempat duduk kami ada ibu-ibu yang ngajak ngobrol. Beliau nanya kami dari mana, basa-basi lah buat ngilangin rasa bosen. Ibu ini cerita kalau beliau baru pulang dari Amsterdam, di sana udah sebulan, nengokin anaknya. Pas gate udah dibuka, aku sama Kak Puta baris deketan, dan tiba-tiba dia nyolek aku, terus nunjuk sembunyi-sembunyi ke orang yang lagi tidur di kursi deket kami. Kak Putra ketawa pelan-pelan, soalnya orang itu tidurnya mangap haha. Kami juga merhatiin ada seorang ibu sama anaknya yang mau siap-siap baris, pas mereka berdiri ada boneka di kursinya. Aku sama Kak Putra lantas ngasih tahu dong kalo bonekanya ketinggalan. Tapi kata ibu itu bonekanya bukan punya anaknya… Kami ketawa dalem hati hehe. Di Pesawat 26 Oktober 2019 (Doha Menuju Jakarta) Suasana pesawat d

OSLO PUNYA CERITA (Bagian 8)

Gambar
Oslo, 25 Oktober 2019 (Pagi-Sore) Hari ini adalah hari terakhir aku dan temen-temen di Oslo. Huhuuu… sedih banget sih, tapi aku selalu bersyukur karena salah satu impian terbesarku bisa terwujuid. Ternyata di hari terakhir pun masih ada agenda lho. Kami bakalan ketemu sama perwakilan dari KKP, BMKG, dan Duta Besar Indonesia untuk Norwegia di Radisson Blu Plaza Hotel. Pagi-pagi kami semua harus beres-beres, persiapan buat check out. Oh iya, aku lupa ccerita kalo aku pernah ngerasa takut banget pas turun lift dari lantai 8 ke lobby, soalnya aku di dalem lift sendirian, terus aku ngerasa lift nya kaya mau jatoh gitu, kaya tiba-tiba berhenti terus turun lagi, ahhh pokoknya aku udah gemeteran deh. Pas sarapan di cafĂ© yang ada di depan Hotel Verdandi, aku duduk semeja bareng Akbar dan Martin Skadal. Martin ini temen sekelompoknya Akbar, dan dia orang Norwegia lho. First impression aku ngelihat Martin sama sekali gak ngira kalau dia itu Norwegian, apalagi aksen Bahasa Inggrisnya mirip America

OSLO PUNYA CERITA (Bagian 7)

Gambar
Oslo, 24 Oktober 2019 (Sore-Malam) Sekitar pukul 6.30 malem, kami semua udah siap di lobby hotel buat berangkat ke Wisma Duta Indonesia untuk acara jamuan makan malam sama Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Norwegia. Aku ngerasa seneng dan super penasaran banget, karena emang banyak hal yang aku lakuin buat pertama kalinya selama di Norwegia ini. Dari hotel, kami naik bus untuk ke Wisma Duta Indonesia. Oh iya, Wisma Indonesia ini bukan kantor Duta Besar ya, soalnya letaknya bukan di pusat kota, dan ini tuh bentuknya rumah, bukan kantor ya. Kami turun di halte yang lokasinya deket perempatan. Sekarang suasananya udah kaya di perumahan warga yang macem komplek gitu, sedangkan kalo di pusat kota kan banyaknya model apartemen, jadi udah beda banget suasananya. Dari halte, kami jalan sekitar 15 menit ke Wisma Indonesia. Saat itu kan malem, orang-orang gak ada tuh yang keliaran atau nognkrong-nongkrong di sepanjang jalan. Rumah-rumahnya gaya klasik, ya kaya rumah-rumah Eropa g